PERANCANGAN FASILITAS KERJA PADA AKTIVITAS MEMAHAT DI INDUSTRI KECIL BATU ALAM


Di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terdapat banyak Usaha Mikro Kecil
dan Menengah (UMKM) yang sebagian besar bergerak dalam industri handycraft
(Danusastro, 2006). Salah satu bahan yang digunakan untuk industri handycraft
adalah batu alam. Industri ukir batu alam tersebar di berbagai wilayah di Yogyakarta.
Potensi pasar hasil industri ini masih sangat luas, bahkan menembus pasar
internasional. Namun ironisnya, industri yang ada masih merupakan industri skala
mikro atau kecil dengan proses yang sederhana dan produktivitas terbatas.
Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY)
mengalami perkembangan pesat sejak tahun 1996. Saat bangsa Indonesia mengalami
krisis moneter tahun 1998, banyak pelaku industri menengah ke atas berguguran,
namun pelaku IKM justru memiliki daya tahan yang cukup tinggi. Sampai dengan
tahun 2005, jumlah usaha kecil dan menengah di DIY sebanyak 9810 (Sumantri,
2005) dan hampir seluruhnya masih menggunakan sistem kerja manual. Kerajinan
yang merupakan primadona dari sektor industri pengolahan memiliki kontribusi besar
jika ditinjau dari aspek pendapatan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja
(Dekranasda, 2005).
Teknik-teknik dan prinsip-prinsip sistem kerja dapat meningkatkan efisensi
dan produktivitas kerja. Sistem kerja terdiri dari empat komponen, yaitu manusia,
bahan, lingkungan, metode maupun peralatan. Komponen-komponen sistem kerja
saling berkaitan satu sama lain. Komponen-komponen tersebut mempengaruhi
efisiensi dan produktivitas kerja. Efisiensi merupakan suatu hal penting dalam suatu
sistem kerja (Sutalaksana, dkk.,2006).
Manusia merupakan salah satu komponen sistem kerja. Bila manusia yang
bekerja pada sistem kerja tersebut mempunyai postur kerja yang tidak baik dapat
memberi dampak produktivitas yang rendah. Postur kerja yang tidak optimum dapat
beresiko menimbulkan cedera baik pada otot, tulang, anggota tubuh, bahkan mungkin
tubuh secara keseluruhan (Niebel and Freivalds, 2003). Disamping itu juga memberi
efek negatif bagi performansi kerja manusia, antara lain adalah kebutuhan energi
meningkat, waktu kerja relatif lama dan hasil kerja tidak optimum (Sanders &
McCormick, 1993). Penilaian postur kerja penting untuk dilakukan. Manfaat
pentingnya dilakukan penilaian postur kerja dapat mengevaluasi terhadap postur kerja
seseorang dan untuk selanjutnya dilakukan tindakan perbaikan yang diperlukan.
Elemen-elemen sistem kerja lainnya, seperti material, metode kerja maupun peralatan
juga sangat mempengaruh terhadap produktivitas kerja. Peralatan yang tidak
mendukung untuk bekerja merupakan kendala bagi terciptanya produktivitas yang
baik.
Hasil survey lapangan ke beberapa IKM kerajinan tangan di DIY pada bulan
Januari-Februari 2007, didapati kenyataan berkaitan dengan metode kerja para
pekerja IKM. Pada umumnya pemilik dan pekerja tidak memperhatikan metode kerja
yang dilakukan. Postur kerja saat melakukan operasi maupun saat menggunakan alat
kerja tidak diperhatikan dengan baik.
Umumnya operator bekerja dengan posisi duduk atau berdiri. Saat berdiri
tegak, bagian lumbar pada tulang belakang secara alami membentuk sudut cekung
(concave), sedangkan pada posisi duduk tegak lumbar membentuk sudut cembung
(convex) (Sanders & Mc Cormick, 1993). Postur berdiri memungkinkan beban
fisiologis lebih besar daripada posisi duduk. Terlebih jika dilakukan dalam jangka
waktu lama tanpa gerakan kaki, peredaran darah akan terhambat dan terakumulasi di
kaki (Kurnianingtyas, 2011). Postur duduk memungkinkan pengurangan beban statik
pada segmen tubuh tertentu dan sirkulasi darah lebih baik, meskipun demikian duduk
dalam jangka lama juga dapat menimbulkan kerugian (Pulat, 1992). Postur kerja yang
tidak optimal dapat menyebabkan permasalahan pada kesehatan kerja (Goetsch,
2002). Perbaikan postur kerja dengan menambah alat bantu dapat mengurangi
keluhan musculoskeletal (Sari, 2014)
Paper ini membahas perancangan fasilitas kerja untuk aktivitas memahat pada
proses produksi di industri kerajinan batu alam. Melalui perbaikan fasilitas kerja
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Gerakan kerja yang tidak efisien
karena tidak adanya fasilitas kerja akan mempengaruhi produktivitas kerja. Area
kerja, desain fasilitas dan tata letak objek yang digunakan dalam bekerja akan
mempengaruhi postur kerja. Dalam aktivitas kerja manual, pengendalian biasanya
dilakukan dengan tangan atau kaki. Postur tangan atau kaki akan mempengaruhi
postur segmen tubuh yang lain dan sebaliknya. Oleh karena itu diperlukan
perancangan dan pengaturan stasiun kerja yang sesuai sehingga dihasilkan postur
kerja yang optimum. Analisis postur kerja dilakukan dengan menggunakan metode
Rapid Upper Limb Assessment (RULA).

Terima kasih 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Standar Industri Mengenai Pengertian Standar SNI (Standar Nasional Indonesia) & ISO (International Organization for Standardization)